Budidaya Ayam Buras


Pendahuluan

Sampai saat ini ayam buras masih mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan daging dan telur. Bagi pemiliknya ayam buras merupakan sumber penghasilan atau tabungan hidup yang sewaktu-waktu dapat diuangkan. Bagi konsumen, ayam buras masih banyak dicari karena ciri khas rasa daging dan telurnya sebagai campuran jamu tradisional yang tidak boleh ditinggalkan. Usahatani ternak ayam buras banyak dilakukan oleh masyarakat DKI Jakarta, baik yang bersifat sambilan ataupun yang benar-benar ditekuni sebagai mata pencaharian. Produktivitas lahan dapat dicapai secara maksimal, karena meskipun lahan sempit tetapi bisa beternak dengan populasi tinggi. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan kandang baterai (bertingkat) dan pemberian pakan yang memadai. Pada pemeliharaan dengan sistem ayam dikandangkan (intensif) penyediaan pakan tergantung pada peternaknya. Ini artinya bahwa peternak menyediakan seluruh kebutuhan pakan baik jumlah maupun mutunya sehingga mencukupi kebutuhan gizi ayam buras. Dengan demikian ayam buras akan dapat berproduksi lebih baik.Baca selebihnya »

Yahudi Menggenggam Dunia


Peran sebagai aktor intelektual di balik layar dan berbagai aktivitas gelap Yahudi yang mempermainkan peta politik dunia laksana papan catur sekehendak hatinya bukanlah rahasia lagi. Jauh sebelum Israel berdiri di bumi Palestina, bahkan sebelum terjadinya revolusi industri di Inggris, renaissance di Prancis, dan aufklarung di Jerman, cakar-cakar Yahudi telah berbicara.

Kesan-kesan itulah yang saya lihat dari bukunya William G Carr. William G Carr bukanlah orang asing dalam masalah “peryahudian” ini. Ia adalah seorang mantan anggota dinas rahasia Inggris yang tahu betul seluk-beluk gerakan Yahudi dan zionisme. Dalam buku ini, ia menguak dengan gamblang kekuatan Yahudi yang terselubung yang telah menggigit dunia Barat dengan taring-taring mautnya.Baca selebihnya »

Laksamana Cheng Ho dan Kelenteng Sam Po Kong


Sejarah bukanlah “ingatan” (memory, geheugen), tetapi rekoleksi (he-reinnering). Ingatan (memory) sifatnya komprehensif, sedangkan rekoleksi merupakan pengunjung yang cerdas. Mengenal apa yang dilihat dan diperhatikannya. Tugas sejarahwan adalah untuk merawat dan menjaganya.

Oleh sebab itu, penelitian sejarah bukanlah usaha mencari fakta “benar-salah” ataupun mengkorespondensikan suatu teori dengan tebakan lain. Penelitian sejarah adalah penelitian melelahkan yang seksama dan tidak tergesa-gesa. Terutama dalam menyikapi sejarah itu sendiri dan masa lalu masalahnya. Selama ini sejarah harus dilakukan untuk menandakan keduanya, baik sejarah maupun isinya. Sejarah umat manusia berkembang dalam suatu tatanan masyarakat. Karena, masyarakat merupakan suatu sistem sosial. Yang unsur-unsurnya saling mempengaruhi satu sama lain. Hingga berakibat pada berubahnya kondisi sistem secara keseluruhan. Untuk itulah, masyarakat dan kebudayaan merupakan kesatuan yang sangat sulit dibedakan. Di dalamnya tersimpul sejumlah pengetahuan yang terpadu dengan kepercayaan dan nilai. Dengan kata lain, pada kebudayaan tersimpul suatu simbol maknawi (symbolic system of meaning) yang  tidak lekang dibaca secara visual, dicerap secara batiniah. Kebudayaan, sebagai seperangkat sistem pengetahuan dan keyakinan, terwujud menjadi pola-pola tindakan (actual patterns) dan ditujukan ke pelbagai kehidupan sosial, sedalam-dalamnya, seluas-luasnya dan kapan saja. Baik kegiatan ekonomi, sosial, ritual keagamaan dan berkesenian. Karenanya, kebudayaan juga dinamakan sebagai desain (blueprint) menyeluruh dari kehidupan.Baca selebihnya »

Biografi Emha Ainun Nadjib


Emha Ainun Nadjib lahir di Jombang, 27 Mei 1953, anak ke-4 dari 15 bersaudara, pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sebelum itu ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena “demo” melawan Dept. Keamanan pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindak ke Yogya dan lumayan bisa tamat SMA Muhammadiyah I.

Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro Yogya antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha.

Baca selebihnya »

DELAPAN JANJI RAJA (ASTHAVRATA)


Berikut ini adalah DELAPAN JANJI RAJA yang disebut ASTHAVRATA (Astobroto; Jawa), yaitu: ANGKASHA (Ruang), Raja harus memberikan ruang untuk mendengarkan suara rakyatnya, VAYU (Angin), Raja harus mampu mewujudkan pemerataan kesejahteraan kepada rakyatnya bagai angin, AGNI (Api), Raja harus memberikan hukuman yang seadil-adilnya kepada yang bersalah tanpa pandang bulu bagai api yang membakar, TIRTA (Air), Raja harus mampu menumbuhkan kesejahteraan perekonomian bagi rakyatnya bagaikan air yang mampu menumbuhkan biji-bijian, PRTIVI (Tanah), Raja harus mampu memberikan tempat yang aman bagi rakyatnya, menampung semuanya, tanpa ada diskriminasi, bagaikan tanah yang mau menampung semua manusia, SURYA (Matahari), Raja harus mampu memberikan jaminan keamanan kepada seluruh rakyat tanpa pandang bulu seperti Matahari yang memberikan kehidupan kepada mayapada, CHANDRA (Bulan), Raja harus mampu mengangkat rakyatnya dari keterbelakangan, dari kebodohan, dari kegelapan, bagaikan sang rembulan yang menyinari kegelapan dimalam hari, dan yang terakhir adalah KARTIKA (Bintang), Raja harus mampu memberikan aturan-aturan hukum yang jelas, kepastian hukum bagi rakyat demi kesejahteraan, kemanusiaan, keadilan, bagaikan bintang gemintang yang mampu menunjukkan arah mata angin dengan pasti dikala malam menjalang.

Baca selebihnya »