Oleh: Roy Ahmad Sketsa
Pendahuluan
Mengapa kita selalu beranggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah lembut dan penuh perasaan, sementara kita percaya laki-laki punya sifat sebaliknya, rasional dan lebih mengandalkan kekuatan fisik? Beberapa jawaban menyatakan bahwa sesungguhnya anggapan-anggapan semacam itu semata-mata adalah hasil konstruksi sosial yang sudah mempengaruhi kita begitu lama. Pendapat itu secara tersamar menjelaskan kepada kita bahwa konstruksi adalah sesuatu yang membangun kepercayaan kita berdasarkan klaim-klaim tertentu. Dalam kaitannya dengan sifat-sifat laki-laki dan perempuan, konstruksi tersebut dipercaya dihasilkan oleh sistem masyarakat patriarkal, sehingga memberi keuntungan yang lebih banyak bagi laki-laki.
Apakah realitas dikonstruksikan oleh aktivitas kita? Apakah kita secara kolektif menciptakan dunia, dan bukan menemukannya? Mereka yang cenderung menjawab pertanyaan ini dengan tegas termasuk dalam konstruktivis sosial. Tesis konstruktivis memungkinkan timbulnya beragam penafsiran, mulai dari penafsiran yang dangkal sampai penafsiran yang mampu mengacak-acak tesis ini.
Literatur konstruktivisme (ilmiah) ditulis oleh sosiolog yang cenderung menjadi pendukung konstruktivisme yang bersemangat, dan oleh filsuf filsafat ilmu yang cenderung menjadi kritikus yang kurang meyakinkan bagi konstruktivisme. Persoalan konstruktivisme telah melahirkan bara semangat filosofis. Sebagian pihak menjadi merasa marah atau malu dengan pandangan konstruktivisme, sebagian pihak lainnya sangat bersemangat sehingga menarik kesimpulan yang saling bertentangan dengan nalar yang sumbernya adalah analisis setengah matang. Pada akhirnya, sikap-sikap a priori ini berubah menjadi sikap yang ditopang oleh temperamen intelektual konservatif atau radikal.
Pertanyaannya adalah bagaimana sesungguhnya konstruksi sosial itu beroperasi? Bagaimana kemudian konstruksi-konstruksi itu memberikan pengaruh yang signifikan pada pengetahuan, teknologi, masyarakat dan sebagainya? Apakah semua orang mempercayai adanya konstruktivisme?
Baca selebihnya »